Rumah

Wednesday, June 22, 2011

Sebuah kematian


Kehidupan di dunia yang  kita tempuhi dari  semasa ke semasa tanpa kita sedari. Apakah kita tidak menyedari bahwa hari-hari yang kita lalui itu semakin mendekatkan kita dengan kematian sebagaimana juga yang berlaku kepada orang lain?
 Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. 29:57)

Setiap manusia yang  hidup di muka bumi ini pasti akan menemui kematian seperti mana arwah-arwah saudara kita yang terlebih dahulu menemui ajalnya.

Cuba renungkan seorang bayi yang baru saja membuka matanya di dunia ini dengan seseorang yang sedang mengalami sakaratul maut. Keduanya sama sekali tidak berkuasa terhadap kelahiran dan kematian mereka. Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk memberikan nafas bagi kehidupan atau untuk mengambilnya.

Semua makhluk hidup akan hidup sampai suatu hari yang telah ditentukan dan kemudian menemui  kematian; Allah menjelaskan dalam Quran tentang sikap manusia  terhadap kematian seperti dalam ayat berikut ini:

Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. 62:8)

Kebanyakan orang menghindari untuk berfikir tentang kematian. Dalam kehidupan moden hari ini, seseorang biasanya menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang sangat jauh dengan persediaan  kematian, mereka berfikir tentang: di mana mereka akan kuliah, di syarikat mana mereka akan bekerja, baju apa yang akan mereka gunakan esok pagi, apa yang akan dimasak untuk makan malam nanti, hal-hal ini merupakan persoalan-persoalan penting yang sering kita fikirkan.

 
Kehidupan diertikan sebagai sebuah proses kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Perbualan tentang kematian sering dicela oleh mereka yang merasa tidak tenteram mendengarnya. Mereka menganggap bahwa kematian hanya akan terjadi ketika seseorang telah lanjut usia, seseorang tidak ingin memikirkan tentang kematian dirinya dan takut untuk menghadapinya.

Sekalipun begitu ingatlah selalu, tidak ada yang menjamin bahwa seseorang akan hidup dalam satu jam berikutnya. Setiap hari pasti kita  menyaksikan kematian orang lain di sekeliling kita  tetapi sedikit pung kita tidak memikirkan tentang suatu hari pasti akan tiba orang disekeliling kita pula akan menyaksikan kematian kita. Kita tidak pernah ambil tahu pun bahawa kematian itu sedang menunggu kita.

Ketika kematian dialami oleh seorang manusia, semua “kenyataan” dalam hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan “hari-hari indah” di dunia ini. Renungkanlah segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini: anda dapat mengelipkan mata anda, menggerakkan badan anda, berbicara, tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan bagaimana keadaan dan bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti.

Dimulai saat anda menghembuskan nafas untuk yang terakhir kalinya, anda tidak ada apa-apanya lagi selain “segumpal daging”. Tubuh anda yang diam dan terbujur kaku, akan dibawa ke  tempat mandi mayat. Di sana, anda akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya. Dengan dibungkus kain kafan, jenazah anda akan di bawa ke kuburan dalam sebuah keranda. Sesudah jenazah anda dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah akan menutupi anda. Ini adalah kesudahan cerita anda. Mulai saat ini, anda hanyalah seseorang yang namanya terukir pada batu nisan di kuburan.

Selama bulan-bulan atau tahun-tahun pertama, kubur kita sering dikunjungi. Lama ke lamaan semakin kurang kubur kita dikunjungi. Beberapa tahun kemudian, tidak seorang pun yang datang mengunjungi lagi.

Sementara itu, keluarga dekat kita akan mengalami kehidupan yang berbeza disebabkan oleh kematian kita. Di rumah, ruang dan tempat tidur kita akan kosong. Setelah jenazah kita dikebumikan, sebahagian barang-barang milik kita akan disimpan di rumah: baju, kasut, dan lain-lain yang dulu menjadi milik kita akan diberikan kepada mereka yang memerlukannya.

Kesan-kesan yang kita tinggalkan di rumah akan dibuang . Selama tahun-tahun pertama, beberapa orang masih berkabung akan kematian kita. Namun, waktu akan mempengaruhi ingatan-ingatan mereka terhadap masa lalu. Empat atau lima dasawarsa kemudian, hanya sedikit sahaja kaum kerabat yang akan masih mengenang kita.

Tidak lama kemudian, generasi baru akan muncul dan kita akan dilupakan sedikit demi sedikit dalam masyarakat.

Sementara semua hal itu terjadi di dunia, jenazah kita  yang ditimbun dengan tanah akan mengalami proses pembusukan yang cepat. setelah sekian lama kita  dikebumikan, maka hidupan liar di dalam tanah dan serangga-serangga berkembang biak pada mayat kita; hal tersebut terjadi kerana ketiadaan oksigen dalam kubur yang kita disemadikan. Gas yang dilepaskan oleh jasad renik ini mengakibatkan tubuh jenazah menggembung, mulai dari kawasan perut, yang mengubah bentuk dan rupanya.

Buih-buih darah akan meletup dari mulut dan hidung disebabkan  tekanan gas yang terjadi di sekitar diafragma. Selagi proses ini berlangsung, rambut, kuku, tapak kaki, dan tangan akan terlepas. Seiring dengan terjadinya perubahan di luar tubuh, organ tubuh bahagian dalam seperti paru-paru, jantung dan hati juga membusuk.

Sementara itu, pemandangan yang paling mengerikan terjadi di sekitar perut, ketika kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas dan tiba-tiba pecah, menyebarkan bau menjijikkan yang tak tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan terlepas dari tempatnya. Kulit dan jaringan lembut lainnya akan tercerai berai. Otak juga akan membusuk dan tampak seperti tanah liat. Semua proses ini berlangsung sehingga seluruh tubuh menjadi kerangka.

Tidak ada kesempatan untuk kembali kepada kehidupan yang sebelumnya. Berkumpul bersama keluarga di meja makan, bersosia atau memiliki pekerjaan yang terhormat; semuanya tidak akan mungkin terjadi.

Singkatnya, “segumpal daging dan tulang” yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang menjijikkan. Di lain pihak, kita – atau lebih tepatnya, jiwa kita  – akan meninggalkan tubuh ini segera setelah nafas kita berakhir. Sedangkan sisa dari kita iatu tubuh badan  kita – akan menjadi sebahagian dari tanah.

Tetapi apa alasan semua hal ini terjadi?
Seandainya Allah ingin, tubuh ini dapat saja tidak membusuk seperti kejadian di atas. Tetapi hal ini harus menyimpan suatu pengajaran  yang sangat penting.

Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia; seharusnya menyedarkan dirinya bahwa ia bukanlah hanya tubuh semata, melainkan jiwa yang “dibungkus” dalam tubuh. Dengan lain perkataan, manusia harus menyadari bahwa ia memiliki suatu eksistensi di luar tubuhnya.

Selain itu, manusia harus faham dengan kematian tubuhnya - yang dia cuba untuk miliki seakan-akan ia akan hidup selamanya di dunia yang sementara ini -. Tubuh yang dianggapnya sangat penting ini, akan membusuk serta menjadi makanan cacing suatu hari nanti dan berakhir menjadi kerangka. Mungkin saja hal tersebut segera terjadi.

Walaupun setelah melihat kenyataan-kenyataan ini, ternyata mental manusia cenderung untuk tidak peduli terhadap hal-hal yang tidak disukai atau diingininya. Bahkan ia cenderung untuk menafikan eksistensi sesuatu yang ia hindari pertemuannya.

 Kecenderungan seperti ini tampak terlihat jelas sekali ketika membicarakan kematian. Hanya  kematian  keluarga terdekat sajalah yang dapat mengingatkannya [akan kematian]. Kebanyakan orang melihat kematian itu jauh dari diri mereka.

Manusia yang diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati seorang diri. Namun selama hidupnya, ia hampir selalu hidup untuk memenuhi segala keinginannya. Tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memenuhi hawa nafsunya. Namun, tidak seorang pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kuburan.

Jenazah dikuburkan hanya dengan dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah. Tubuh datang ke dunia ini seorang diri dan pergi darinya pun dengan cara yang sama. Modal yang dapat di bawa seseorang ketika mati hanyalah amal-amalnya saja.

No comments: